SEJARAH PERHOTELAN
1. Sejarah Timbulnya Penginapan
Pada dasarnya keberadaan fungsi hotel adalah sarana penunjang kegiatan berpergian yang berjarak jauh dari tempat tinggal sehingga dibutuhkan sarana akomodasi untuk tempat beristirahat berupa kamar tidur.
Pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginanpan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masing-masing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap di sepanjang jalan yang dilalui orang ( road side inn ).
Pada waktu Perang Salib berkecamuk, banyak pengusaha rumah penginapan yang membangun tempat-tempat bagi para prajurit perang, juga bagi para peziarah yang sedang melancong ke tanah suci seperti tertulis di kitab Injil.
Selain itu, gereja-gereja yang ada juga memberikan pelayanan berupa penyediaan fasilitas beristirahat kepada para pelancong yang memerlukannya. Kebanyakan gereja pada waktu itu mempunyai dua buah dapur, yang satu untuk para Rahib yang tinggal disana dan yang lainnya untuk para pelancong yang bermalam. Tidak diambil pungutan biaya, tetapi diharapkan adanya sumbangan sukarela bagi mereka yang mampu.
Menurut Jusupadi Salmun SH, dalam film - film Western ( cowboy ) sekitar tahun 1800 s.d 1900, sudah terdapat hotel yang bersebelahan dengan saloon dan bar restaurant, yang berarti sejak kehidupan tahun tersebut penyediaan hotel, motel, penginapan atau losmen telah dikenal orang sebagai sarana atau penunjang bagi para pelancong.
2. Sejarah Hotel Dunia atau Internasional
Hotel mulai dikenal sejak permulaan abad Masehi, dengan adanya usaha penyewaan kamar untuk orang yang melakukan perjalanan. Hotel sebagaimana jenis akomodasi yang lain berasal dari kata "Inn" yang berarti sebagai usaha menyewakan sebagian dari rumahnya kepada orang lain yang memerlukan kamar untuk menginap. Pada umumnya kamar yang disewakan dihuni oleh beberapa orang secara bersama-sama.
Pada mulainya Inn sering disebut juga sebagai lodge yang hanya menyediakan tempat istirahat bagi mereka yang melakukan perjalanan, karna sudah larut malam terpaksa menginap. Peradaban semakin maju terdapat banyak peningkatan dengan menambah fasilitas penyediaan bak air untuk mandi disusul dengan penyediaan makanan walaupun masih tahap sederhana. Usaha penginapan ini mulai mencapai puncaknya pada Revolusi Industri di Inggris pada 1750-1790.
Perubahan ini menyebabkan terdorongnya dunia usaha untuk berlomba-lomba menjual produknya. Pada tahun 1129 telah tercatat adanya Inn di kota Canterburry Inggris sedangkan di Amerika Serikat Inn tertua dibanngun pada tahun 1607. Pada 1794 dibangun sebuah hotel di New York dengan nama City Hotel yang mempunyai kamar sebanyak 73 kamar. Kemudian tahun 1829 dibangun sebuah hotel dengan nama The Tremont House yang menurut para ahli merupakan cikap bakal hotel modern. Hotel tersebutlah yang pertama kli memperkenalkan kamar Single & Double yang pada setiap kamar dilengkapi kunci masing-masing, air minum, pelayanan oleh Bellboy serta memperkenalkan makanan Prancis.
Keadaan akomodasi pada saat itu sangat menyedihkan. Banyak hotel yang diambil alih oleh Pemerintah jepang untuk dijadikan rumah sakit atau asrama, sedangkan yang bagus dijadikan tempat tinggal perwira tentaranya dan kemudian dinamakan Heitany Ryokan. Keadaan semakin buruk seiring kekalahan Jepang pada Perang Dunia 2 di mana industri pariwisata maupun perhotelan menjadi mati.
The Tremont House adalah hotel yang pertama yang memberikan pendidikan dan menyeleksi karyawannya untuk lebih meningkatkan mutu. Tercatat seorang yang bernama Ellswort M Statler yang berjasa memberikan ide-ide baru seperti penyediaan koran pagi, cermin di kamar, dll.
Pada bangkitnya industri perhotelan secara alamiah membagi dalam jenis menurut penggunaan jasa dan lokasi di mana hotel itu berada. Perusahaan-perusahaan besar mulai mengadakan pendidikan khusus di bidang perhotelan.
3. Sejarah Perkembangan Hotel di Indonesia
- Masa Penjajahan Belanda
Sejarah perkembangan perhotelan di Indonesia belum banyak terungkap, juga belum banyak buku yang mengungkapkan masalah ini. Indonesia telah dikenal di dunia pariwisata sejak sebelum Perang Dunia ke I, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung masih terbilang ribuan. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata yang memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia.
Dari buku PARIWISATA INDONESIA DARI MASA KE MASA tercatat hotel-hotel yang sudah hadir pada saat itu diantaranya :
Jakarta, dibangun Hotel Des Indes, Hotel Der Nederlanden, Hotel Royal dan Hotel Rijswijk.
- Surabaya, berdiri Hotel Sarkies dan Hotel Oranje.
- Semarang, berdiri Hotel Du Pavillion.
- Malang, Palace Hotel.
- Solo, Slier Hotel.
- Yogyakarta, Grand Hotel ( sekarang Hotel Garuda )
- Bandung, Hotel Savoy Homann, Hotel Preanger dan Pension Van Hangel ( kini Hotel Panghegar ).
- Bogor, Hotel Salak.
- Medan, Hotel de Boer dan Hotel Astoria.
- Makasar, Grand Hotel dan Staat Hotel.
- Masa Penjajahan Jepang
Keadaan akomodasi pada saat itu sangat menyedihkan. Banyak hotel yang diambil alih oleh Pemerintah jepang untuk dijadikan rumah sakit atau asrama, sedangkan yang bagus dijadikan tempat tinggal perwira tentaranya dan kemudian dinamakan Heitany Ryokan. Keadaan semakin buruk seiring kekalahan Jepang pada Perang Dunia 2 di mana industri pariwisata maupun perhotelan menjadi mati.
- Setelah Indonesia Merdeka
Pada tahun 1946, sejumlah pimpinan hotel di Indonesia berkumpul untuk menetapkan Organisasi Perhotelan yang pertama kali bernama Badan Pusat Hotel Negara (BPHN) yang berpusat di hotel Merdeka Malang. Kemudian BPHN mendapat kepercayaan untuk mengatur tempat sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berhasil menyusun Kabinet RI, dalam sidang pertamanya mengeluarkan Maklumat No. 1/H/47 tertanggal 1 Juli 1947, yang memutuskan Perhotelan masuk dalam kementrian Perhubungan dan dalam pertemuannya dengan BPHN disepakati membentuk suatu badan atau lembaga HONET (Hotel Negara dan Tourism) yang diberi wewenang untuk melanjutkan tugas-tugas pengusahaan hotel-hotel di bekas wilayah belanda. Dan direktur badan ini adalah R. Tjipto Ruslan. Kemudian dengan adanya Perjanjian KMB tahun 1949, “ semua harta dan benda milik Belanda harus dikembalikan kepada pemiliknya” maka sejak itu HONET resmi dibubarkan. Pada tahun 1952 beberapa tokoh perhotelan bangsa Indonesia mendirikan suatu organisasi yang bernama SERGAHTI (Serikat Gabungan Hotel dan Tourism Indonesia) yang diresmikan oleh Wakil Perdana Mentri Wongsonegoro,S.H. bertempat di hotel Des Indes.
Di Indonesia perkembangan usaha perhotelan modern di awali dengan di bukanya Hotel Indonesia (HI) di Jakarta pada tahun 1962 yang merupakan hotel pertama dan satu-satunya bertaraf internasional di Indonesia. Dalam dasar warsa 1970-an baru muncul hotel-hotel bertaraf internasional lainnya yang dimiliki oleh perusahaan swasta nasional.